Posted in Chapter

COMPLICATED LUV Part 2

COMPLICATED LUV Part 2

(Welcome Back, Kim Li An!)

Author : brokenangel
Cast :

Kim Li An

Park Chan Yeol

Park Jin Young

.

.

.

.

.

.
Di kediaman mewah Kim Tae Kwang, lebih dari tiga puluh pelayan baik wanita maupun laki-laki sibuk dengan kegiatan masing-masing. Tugas terbagi dari membersihkan rumah, menyiapkan makan, dan sekitar dua belas pelayan berjejer rapi di depan pintu masuk. Mereka juga berpakaian khas layaknya pelayan di Eropa. Identik dengan warna hitam dan putih. Mereka memang sengaja dipanggil untuk menyambut kedatangan putri sulung dari Kim Tae Kwang. Mereka tidak sabar untuk melihat Putri Mahkota Kim Tae Kwang dan Shin Rae Hwa yang sudah meninggalkan Seoul selama empat tahun.

Suasana yang tadinya ramai karena perbincangan antar pelayan tentang putri sulung Kim Tae Kwang, langsung senyap seketika saat beberapa mobil memasuki area mansion mewah milik keluarga Kim. Sudah dipastikan salah satu dari mobil itu mengangkut orang yang sedari tadi mereka tunggu. Sontak semua pelayan langsung menunduk. Meskipun ada satu atau dua orang yang berusaha melirik ke arah mobil yang sudah dikelilingi beberapa penjaga.

Lian menatap nanar rumahnya sambil sesekali menghela nafas panjang. Benar-benar sudah berubah. Empat tahun yang lalu tidak ada pelayan dan penjaga yang berjejer sebanyak itu di depan rumahnya. Dulu hanya ada Han ahjumma dengan dua pelayan lain dan juga Tuan Kang yang selalu menyambutnya. Hidup sebagai putri dari salah satu pejabat negara benar-benar sudah mengubah hidupnya. Dan Lian tidak tahu harus merasa bangga dan senang, atau justru sedih.

“Sampai kapan kau akan diam saja?” Tanya Mark membuyarkan lamunan Lian. Lian menoleh menatap Mark sambil tersenyum tipis.

“Apa mereka di rumah?” Tanya Lian

“Appa sedang ada pertemuan dengan para menteri. Eomma menemani Appa.” Jawab Mark sambil mengelus-elus kepala Lian. Mark tentu tahu siapa ‘mereka’ yang Lian maksud.

“Sudah kuduga. Mungkin kepulanganku tidak penting untuk mereka.” Ucap Lian sambil memasang kacamatanya dan menenteng tas kecilnya. Diapun membuka pintu mobil tanpa menunggu pengawal membukakan pintu untuknya. Mendengar jawaban membuatnya kesal dan kecewa.

Mark hanya menatap Lian nanar. Dia cukup paham kalau hubungan Lian dengan kedua orangtuanya memang sedikit renggang semenjak dilantiknya Kim Tae Kwang menjadi Menteri Pertahanan Korea Selatan. Mereka terlalu sibuk dengan dunia mereka sendiri dan memilih orang lain untuk mengawasi anaknya. Setidaknya seperti itulah yang pernah Lian katakan kepada Mark. Mark keluar dari mobil saat pengawal membukakan pintu. Dia berjalan menyusul Lian yang sudah lebih dulu berjalan.

“Selamat datang Nona Muda Kim.” Sambut para pelayan dan penjaga sambil membungkukkan badan mereka.

Lian berhenti sejenak sambil memperhatikan para pelayan dan penjaga yang menyambutnya dengan hangat. Dia menghembuskan nafas panjang sebelum akhirnya membalas sambutan dari para pelayan dan penjaga dengan senyum tipisnya. Lian tidak ingin berlama-lama di luar karena udara yang cukup dingin. Diapun melanjutkan jalannya masuk ke mansion mewah milik keluarganya tanpa mempedulikan Mark yang memanggilnya.

Lian berhenti sejenak di ruang tamu. Dia menghembuskan nafas panjang lalu memerhatikan penampilan ruang tamu yang masih sama seperti dulu. Yang berbeda, sekarang ada banyak pelayan berjejer dengan seragam yang sama. Lian tersenyum ke arah salah satu pelayan yang kedapatan sedang menatapnya penuh kagum. Pelayan itupun langsung tergagap dan buru-buru kembali menundukkan kepalanya. Takut kalau majikannya akan marah.

“Nona…” Suara seorang wanita yang sudah berumur membuyarkan lamunan Lian. Lian menoleh ke sumber suara dan terkejut saat melihat Han Ahjumma, pengasuhnya sejak kecil, berdiri di sampingnya dengan senyum khas keibuannya.

“Ahjumma…” Balas Lian dengan senyum manisnya. Lianpun berhambur memeluk Han Ahjumma yang sudah dia anggap seperti ibu keduanya. Keduanya memang cukup dekat. Han Ahjumma juga tahu apa yang menjadi kesukaan dan ketidaksukaan Lian.

Hati Lian sedikit menghangat. Setidaknya dia bisa merasakan pelukan seorang ibu untuk menyambut kepulangannya. Han Ahjumma adalah pelayan setia keluarga Kim. Bahkan Han Ahjumma sudah bekerja sejak Tuan Kim Jae Ahn, kakek Lian, masih tinggal disini. Sehingga keluarga Kim sangat menghargai dan menghormati wanita berumur dengan marga Han ini.

“Nona, apa kabar? Ahjumma sangat merindukan Nona.” Tanya Han Ahjumma setelah pelukan mereka terlepas.

“Aku baik, Ahjumma. Aku juga merindukan Ahjumma dan Ahreum.” Jawab Lian

“Nona terlihat semakin cantik.” Puji Han Ahjumma sambil mengelus-elus rambut Lian. Lian yang mendengarnya hanya tersenyum tipis. 

Lian mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan di mansion milik ayahnya. Dimana kedua sahabatnya? Bukankah Mark tadi mengatakan kalau mereka sudah menunggu di rumah? Apa Mark berbohong? Bahkan sejak dia menginjakkan kakinya di dalam rumah ini, Lian tidak mencium kehadiran dua sahabat menyebalkannya. Jika benar dua sahabatnya itu tidak datang menyambutnya, tangan Lian sudah siap untuk memukul kepala dan menendang bokong mereka. Sungguh Lian tidak berbohong. Dia sudah cukup kecewa karena Jinyoung, orang spesialnya, dan kedua orantuanya tidak menyambut kepulangannya. Yang Lian harapkan adalah dia bisa bertemu kedua sahabatnya. Paling tidak mereka selalu bisa menyenangkan Lian saat kondisi mood yang buruk.

“Ahjumma, tolong bawa koper Lian ke kamarnya.” Suara Mark memecah lamunan Lian. Mark sudah berdiri di sampingnya. Han Ahjumma sudah pergi sambil membawa kopernya dibantu pelayan yang lain.

“Kau berbohong tentang Hanna dan Sooyoung.” Sungut Lian sambil berjalan menuju ruang tengah diikuti Mark dan kelima temannya. Mark mengernyitkan keningnya bingung. Di bagian mana kebohongannya? Kadang ucapan Lian sulit dipahami.

“Apa?”

“Mereka tidak ada.” Jawab Lian dengan nada kesal.

Mark mengangkat sebelas alisnya. Tatapannya beralih menatap kelima temannya yang balas mengangkat bahu mereka.

“Mereka disini.” Ucap Mark sambil mendudukkan dirinya di sofa ruang tengah.

“Tapi mereka tidak ad…”

“YA! JANGAN MENARUHNYA DISITU!” Seru sebuah suara yang memekakan telinga dari arah dapur.

Lian membatalkan niatnya yang hendak duduk saat mendengar suara yang sangat dia kenal. Dia menatap Mark yang tengah tersenyum misterius dengan sebelah alis terangkat. Mark yang merasa diintimidasi oleh tatapan Lian hanya mengangkat bahunya.

“CHOI SOOYOUNG! YA! KAU MERUSAKNYA!” Lagi. Teriakan yang memekakan telinga itu membuat semua yang ada di ruang tengah saling bertatapan bingung.

Lian yang penasaranpun akhirnya berjalan menuju dapur. Untuk mengecek apakah benar suara cempreng itu milik Hanna, sahabatnya.

“Lian tidak suka cherry.”

“Biarkan saja untuk hiasan.”

“Kau hanya membuang-buang.”

“Jangan taruh coklat lagi! Itu sudah sangat banyak! Bagaimana kalau Lian yang tubuhnya sudah gendut itu tambah gendut?”

Kedua gadis itu masih asik berseteru ditengah kesibukan mereka membuat kue untuk menyambut kepulangan Lian. Mereka adalah sahabat-sahabat Lian sejak Lian duduk di bangku JHS. Sudah sejak dua jam mereka berkutat di dapur tanpa ada yang berani mengganggu hanya untuk membuat kue coklat kesukaan Lian. Waktu yang seharusnya singkat menjadi lama karena mereka selalu mendebatkan masalah kecil seperti hiasan harus seperti ini, tulisannya jelek, huruf Anya kebesaran, Lian suka ini, Lian suka itu, dan masih banyak lagi.

Lian melongo kaget saat melihat kondisi dapurnya yang berantakan. Pandangannya berhenti pada dua sosok gadis yang sibuk berdebat ditengah aktivitas mereka menghias kue. Ternyata memang benar. Mereka tidak muncul di depan karena sibuk menghancurkan dapurnya. Lian masih diam diambang pintu dapur dengan tangan terlipat di depan dada. Menunggu kedua sahabatnya menyadari kehadirannya.

Tawa kecil tidak dapat disembunyikan Lian saat melihat Hanna yang sangat kesal karena Sooyoung merusak hiasannya. Mereka memang tidak berubah. Masih seperti anak kecil yang suka  meributkan hal sepele. Lianpun heran. Bagaimana bisa dia yang dulu penyendiri dan pendiam bisa bersahabat dengan dua gadis itu yang mempunyai sifat kebalikannya?

Diam-diam Lian selalu bersyukur karena mempunyai mereka -Hanna dan Sooyoung- dalam hidupnya. Baginya, menemukan mereka sama halnya mencari jarum ditumpukkan jerami. Sangat sulit ditemukan. Sama halnya dengan kedua sahabatnya. Hanna yang mudah beradaptasi dengan sekitarnya dan kadang selalu berbicara tanpa berpikir dulunya adalah seorang murid yang pernah Lian labrak karena pernah memojokkan teman satu timnya yang ternyata adalah Sooyoung. Hanna sangat pandai bergaul makanya dia punya banyak teman. Termasuk teman lelaki. Kecantikan dan kepintarannya mendukung penampilannya. Tak heran kalau dari mereka bertiga, Hannalah yang sering berganti pacar. Berkat kepintarannya juga, Hanna berhasil masuk di Seoul University dengan jurusan Psikologi yang akan wisuda dua bulan lagi.

Lain halnya dengan Sooyoung yang sekarang -katanya- sedang sibuk dengan thesisnya untuk digarap di skripsinya. Si Miss Perfectionist ini sangat selektif dan menyebalkan. Kadang pendiam dan tiba-tiba menjadi cerewet. Setahu Lian, Sooyoung sangat setia dengan pacarnya. Yaitu buku-buku ilmiah. Sooyoung sangat berobsesi ingin menjadi ahli laboratorium di JK Inc, perusahaan pembuatan senjata kemiliteran terbesar di Asia.

Lagi-lagi Lian tersenyum saat mengingat pertemuan pertama mereka yang tidak dia sangka akan menghasilkan hubungan persahabatan hingga sekarang. Sama halnya dengan Mark dan Jinyoung, Lian juga melarang mereka untuk menjenguknya di London. Hey! Lian sangat sensitif kalau berurusan dengan empat orang yang sangat berharga untuknya itu. Waktu sehari dua hari tidak akan cukup untuk mengobati kerinduannya dengan orang-orang itu. Jadi daripada merasa kurang puas, Lian  lebih memilih tidak puas sekalian.

“YEI! AKHIRNYA SELESAI!” Pekik Hanna girang sambil bertepuk tangan.

Lian tersadar dari lamunannya saat  mendengar pekikan Hanna yang sangat nyaring. Astaga! Hanna benar-benar tidak berubah.

“OMO! Kim Li An?!” Salah jika kalian mengira ini suara Hanna. Justru Sooyounglah yang berteriak dan hampir menjatuhkan kue buataan mereka.

Lian hanya tersenyum tanpa dosa sambil melambaikan tangannya. “Hai.” Ucapnya tenang.

Mereka masih diam di tempat sambil memperhatikan penampilan Lian dari bawah hingga atas dengan Hanna yang tengah menggigit buah cherry. Sementara itu Lian hanya mengerutkan keningnya heran melihat reaksi dua sahabatnya yang hanya diam.

Lima detik.

Sepuluh detik.

Tiga puluh detik.

Lian mulai jengah karena mendapat tatapan tidak biasa dari kedua sahabatnya. Dia menyenderkan tubuhnya di meja bar yang ada di dapur sambil tetap melipat tangannya di depan dada. Menunggu kedua sahabatnya kembali pada kesadaran mereka.

“Come on, g-”

“Kim Li An!!!” Pekik kedua gadis itu setelah kesadaran mereka kembali. Membuat Lian langsung menegakkan badannya karena terlalu terkejut dengan suara menggelegar mereka.

Sooyoung langsung meletakkan kue yang dipegangnya dan Hanna menghabiskan buah cherry di tangannya. Kemudian mereka langsung berlari mendekati Lian dan memeluk Lian sehingga Lian sedikit terhuyung karena terlalu terkejut dengan reaksi kedua sahabatnya yang tiba-tiba.

“Kami sangat merindukanmu, Lian!”

“Bahkan kami hampir nekat terbang menemuimu seminggu lalu.”

“Sejak kapan kau datang?”

“Kau baik-baik saja?”

“Astaga, Lian! We miss you so bad!”

“Kau semakin cantik!”

Bisakah seseorang menyelamatkan Lian dari dua gadis ini? Telinga Lian sangat panas mendengar semua ocehan mereka. Bayangkan saja, Lian yang berdiri di tengah-tengah dan kedua sahabatnya terus berbicara tanpa berhenti tepat di telinganya!

“Guys! Can you please stop talking? Let me take a breath.” Ucap Lian.

Sontak Hanna dan Sooyoung langsung melepas pelukan mereka. Mereka saling cengengesan melihat wajah kesal Lian.

“Kami terlalu merindukanmu.” Ucap Sooyoung sambil tersenyum tanpa dosa. Lian yang mendengarnya hanya memutar bola matanya malas.

“Arra. I miss you guys too! Dan… Lihat! Kalian apakan dapurku?!” Seru Lian sambil menunjuk dapurnya yang masih berantakan.

Hanna dan Sooyoung saling bertatapan sambil menggaruk tengkuk mereka yang tidak gatal.

“Kami membuat kue coklat untukmu.” Jawab Hanna

“Dan menghancurkan dapur Eommaku.” Balas Lian cuek sambil berjalan masuk ke dapur. Dia mengambil pisau potong dan langsung memotong kue itu.

Hanna dan Sooyoung mendekati Lian sambil harap-harap cemas. Takut kalau rasanya akan terlalu manis atau malah kurang manis. Lidah Lian memang sangat peka dengan segala jenis makanan dan hanya Lianlah yang memiliki selera makanan yang tinggi. Apalagi bagi Lian yang pantang dengan beberapa makanan. Mereka berdua masih menunggu Lian untuk berkomentar tentang kue buatan mereka.

“Bagaimana?” Tanya Hanna harap-harap cemas.

“Apa sesuai seleramu?” Sambung Sooyoung

Lian berhenti mengunyah sambil menatap kedua sahabatnya kesal. Hanna dan Sooyoung langsung menciut saat mendapat tatapan seperti itu dari Lian. Jelas tidak enak. Mereka hanya coba-coba saat membuatnya.

“Kalian berniat ingin membuatku gemuk?” Tanya Lian

Mendengar pertanyaan Lian, Hanna dan Sooyoung langsung bernafas kecewa. Pasti terlalu manis dan coklatnya terlalu banyak.

“Aku bisa saja menghabiskan ini. Tapi berat badanku sudah naik satu kilo. Padahal kuenya sangat enak.” Lanjut Lian sambil memotong kue coklat itu lagi.

Wajah Hanna dan Sooyoung langsung berbinar setelah mendengar ucapan Lian. Mereka bernafas lega karena Lian suka dengan kue buatan mereka.

“Jeongmalyo?!” Pekik Hanna dengan wajah berserinya. Lian hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sambil memakan kue yang baru saja dia potong.

“Kami senang karena kau suka dengan kue buatan kami.” Ucap Sooyoung

.

.

.
Sementara itu di jalan raya, tampak sebuah mobil SUV putih yang sedang melaju kencang membelah jalanan. Tidak mempedulikan protes dari pengguna jalan yang lain dan keselamatannya sendiri. Disaat seperti ini keselamatan bukanlah yang terpenting untuknya. Dia sudah sangat terlambat dan membuat seseorang kecewa. Mulutnya tidak berhenti menyumpahi kliennya yang tadi sangat berbelit-belit. Kalau saja rapat tadi bukan rapat penting, dia bisa membatalkannya.

Sial. Dia terus mengumpat setiap ada mobil lain yang menghalanginya. Tidak segan-segan dia membunyikan klakson mobil. Mungkin orang lain akan mengira kalau dia sedang membawa seseorang yang sakit. Nyatanya dia hanya terburu-buru karena ingin bertemu dengan gadis yang sangat rindukan.

Tak sampai dua puluh menit, mobilnya sudah memasuki kawasan rumah elite. Setidaknya jalanan ini lenggang dan dia bisa mengebut sesuka hati.

Ckittt.

Bunyi rem itu membuat para penjaga dan pengawal yang berada di depan mansion megah itu menoleh. Mereka bertanya-tanya siapa gerangan yang berani sekali mengendarai mobil dengan ugal-ugalan di kawasan elite ini. Baru saja mereka hendak meneguk si pengemudi, rupanya si pengemudi sudah turun terlebih dulu dengan penampilan yang sedikit kacau. Mereka mengurungkan niat saat tahu siapa si pengemudi mobil itu. Tentu saja tahu. Siapa yang tidak tahu dengan Jinyoung. Sahabat Mark yang hampir setiap minggu datang kesini.

Jinyoung berjalan terburu-buru memasuki mansion keluarga Kim. Telinganya langsung menangkap suara gaduh dari ruang tengah. Langsung saja Jinyoung menuju ruang tengah.

Kelima pria yang tadi asik mengobrol langsung diam seketika saat melihat Jinyoung yang tiba-tiba datang dengan penampilan yang sedikit berantakan. Mereka bertanya-tanya apa Jinyoung baru saja membatalkan kontrak kerja dengan klien pentingnya?

“Kau tidak membatalkan kontrak kerja, kan?” Tanya Mark dengan nada mengejek.

“Dimana Lian?” Tanya Jinyoung to the point. Nafasnya memburu karena lelah.

“Duduklah dulu, hyung. Kau terlihat berantakan.” Ucap Yugyeom

“Kalian banyak omong.” Desis Jinyoung lalu berjalan menaiki tangga. Tujuannya saat ini adalah kamar Lian.

“Dia tidak membatalkan kontrak kerja, kan?” Tanya Yugyeom polos.

“Tentu saja tidak, maknae!” Jawab Jackson

.

.

.
“Apa? Eunwoo datang ke London hanya untuk menemuimu? Astaga! Pria manis itu benar-benar menyukaimu, Lian.” Ucap Sooyoung sedikit kaget saat mendengar cerita Lian.

“Sebenarnya tidak hanya satu kali. Mungkin berkali-kali.” Ujar Lian dengan senyum sok manisnya.

“Mwo?! Jangan katakan kalau dia pernah menginap di apartemenmu?!” Pekik Hanna dengan mata yang hampir keluar.

Buk.

Satu pukulan bantal keras Lian berikan untuk Hanna yang berbicara ngawur. Jangankan menginap, untuk bertemu saja sangat sulit bagi Lian, karena banyaknya pengawasan yang diberikan Tuan Kim, sehingga Lian merasa privasinya terganggu.

“Mulutmu, Nona Jung.” Sungut Lian

“Tapi kau sendiri bagaimana? Apa kau sudah mulai menyukai Eunwoo?” Tanya Sooyoung dengan wajah yang tiba-tiba serius.

Lian mulai malas kalau obrolan sudah menjadi serius. Apalagi yang dibahas masalah perasaan. Lian menatap kedua sahabatnya yang tengah menanti jawabannya. Tatapam mereka mengatakan kalau mereka ingin Lian menjawab ya. Tapi sayangnya….

“Tidak.”

Terlihat wajah kecewa dari kedua sahabatnya. Lian sendiripun tidak tahu kenapa Hanna dan Sooyoung selalu menginginkan dia menyukai namja lain?

“Kau akan sakit hati.” Ucap Hanna dengan nada sendunya. Membuat Lian tiba-tiba bingung.

Cklek.

Tiba-tiba pintu kamar Lian terbuka dan muncullah Jinyoung dengan nafas yang terengah-engah dan penampilan yang sedikit berantakan. Untuk beberapa saat suasana hening seketika. Ketiga gadis itu terfokus menatap Jinyoung yang masih berdiri di ambang pintu.

“Oppa…”

“Baby…”

To Be Continued~

Author:

Hanya seorang gadis berumur 18 tahun yang mempunyai imajinasi tinggi dan berakhir pada tulisan ngawur~

Leave a comment